Welcome
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan
sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua
pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku
merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih
baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak
menemukan rezki yang lebih baik daripada saba.
(Umar ibn
Khatthab).
Analogi dalam bahasa Indonesia ialah
“kias” (arab: qasa:
mengukur,
membandingkan). Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang
berlainan, yang satu dengan yang lain. Dalam mengadakan perbandingan orang
mencari kesamaan dan perbedaan di antara hal-hal yang diperbandingkan. Kalau
lembu dibandingkan dengan kerbau, maka kedua-duanya adalah binatang, akan
tetapi yang satu berbeda dengan yang lain mengenai besarnya, warnanya, dan
sebagainya. Kalau dalam perbandingan itu orang hanya memperhatikan persamaannya
saja, tanpa melihat perbedaannya maka timbullah analogi, persamaan dua hal yang
berbeda.
Analogi disamping fungsi utamanya
sebagai cara berargumentasi, sering benar dipakai dalam bentuk non argument
yaitu penjelas atau dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran.
Sebagai penjelasan bisaanay disebut perumpamaan atau persamaan.
Mandiri mengatakan analogi
kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari suatu
fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang
terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi pada fenomena yang lain.
Menurut poespopprodjo analogi adalah
suatu perbandingan yang dipakai untuk mencoba membuat suatu idea dapat di
percaya atau guna membuat suatu konsep yang sulit menjadi jelas.
Begitu pula menurut poedjawijatna
analogi menunjuk sesuatu yang sama tetapi dalam kesamaan itu ada perbedaan pula.
Dari defenisi-definisi di atas sudah
jelas bahwa yang di maksud dengan analogi adalah suatu proses penalaran dengan
menggunakan perbandingan dua hal yang berbeda dengan cara melihat persamaan
dari dua hal yang di perbandingkan tersebut sehingga dapat digunakan untuk
memperjelas suatu konsep.
Analogi kadang-kadang disebut juga
analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain
yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang
pertama akan terjadi pada fenomena yang lain; Demikian pengertian analogi jika
kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan demikian dalam setiap
tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur yaitu: peristiwa pokok yang
menjadi dasar analogi, persamaan principal yang menjadi pengikat dan ketiga
fenomena yang hendak kita analogikan.
A. Analogi
Palsu
Penggunaan
analogi dengan baik dan benar akan sangat berguna. Ilmu berkembang berkat
pemakaian analogi secara baik dan benar.
Namun
demikian, banyak pula orang memakai analogi palsu dalam penalaran atau argumentasinya.
Analogi palsu adalah suatu bentuk perbandingan yang mencoba membuat suatu idea
atau gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan idea atau
gagasan lain yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan dengan idea atau
gagasan yang pertama tadi. Misalnya apabila seorang menyamakan kepala Negara
dengan kepala manusia dipotong maka akan matilah manusia tersebut begitu pula
apabila kepala Negara di bunuh, maka Negara itu akan hancur. Jelas contoh
tersebut suatu analogi palsu. Perhatikan beberapa analogi palsu berikut ini:
1. Membuat
istri bahagia adalah seperti membuat anjing kesayangan bahagia. Belai kepalanya
sesering mungkin, dan beri makanan yang baik sebanyak mungkin
2. Hidup ini
laksana orang mampir ke warung; begitu kebutuhannya tercukupi, ia pergi
meninggalkannya.
3. Masuk
universitas adalah seperti menerima pekerjaan. Tugasmu adalah membuat senang si
pemberi pekerjaan.
4. ABRI
laksana tiang bendera. Apapun juga bendera yang dikibarkan, ABRI harus tunduk,
tidak melawan.
5. Sudin
berumur 13 tahun, petang hari boleh ikut pergi nonton bioskop; sedangkan Ika,
umur 8 tahu, harus tinggal di rumah. “jika kak Sudin boleh ikut, kenapa saya tidak
boleh?” rengek si Ika.
B. Macam-macam
analogi
Disini
analogi dibagi menjadi dua macam yaitu analogi induktif dan analogi deklaratif.
1. Analogi
Induktif
Analogi Induktif adalah analogi yang disusun
berdasarkan persamaan principal (mendasar) yang ada pada kedua fenomena,
kemudian dicari kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi
juga pada fenomena kedua. Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi tidak
pernah menghasilkan kebenaran yang mutlak.
Contohnya: Tina adalah seorang tamatan fakultas ekonomi oxford university, ia telah memberikan prestasi yang luar bisaa pada perusahaan tempat ia bekerja dengan cara mengajukan usulan mengenai pemecahan kesulitan yang di hadapi perusahaannya. Pada waktu penerimaan pegawai baru, directur perusahaan langsung menerima rina karena rina tamatan yang sama dengan tina, maka pasti ia akan memiliki kecerdasan dan kualitas yang lebih atau sekurang-kurangnya sama dengan tina.
Contohnya: Tina adalah seorang tamatan fakultas ekonomi oxford university, ia telah memberikan prestasi yang luar bisaa pada perusahaan tempat ia bekerja dengan cara mengajukan usulan mengenai pemecahan kesulitan yang di hadapi perusahaannya. Pada waktu penerimaan pegawai baru, directur perusahaan langsung menerima rina karena rina tamatan yang sama dengan tina, maka pasti ia akan memiliki kecerdasan dan kualitas yang lebih atau sekurang-kurangnya sama dengan tina.
Pada dasarnya analogi induktif adalah suatu cara
menyimpulkan yang menolong kita memanfaatkan pengalaman, kita berangkat dari
suatu barang yang khusus, yang kita ketahui, menuju barang yang serupa dalam
hal pokok. Tetapi juga terdapat kekeliruan besar, yakni dalam memperbandingkan
bisa jadi tidak memperhatikan adanya beberapa perbedaan yang penting, sehingga
dalam praktek hasilnya berbeda dengan hasil yang dicapai melalui proses
pemikiran tersebut.
Guna menguji sah tidaknya persamaan dan kesimpulan semacam itu, pertama-tama harus kita singkirkan hal-hal sekadar bersifat menjelaskan dan memilih hal-hal yang memang merupakan dasar pemikiran. Bilamana yang terdapat hanya persamaan yang dangkal atau sekedar persamaan kebetulan yang terdapat di antara keduanya, dan apabila perbandingan mereka sekedar untuk maksud menjelaskan maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan.
Guna menguji sah tidaknya persamaan dan kesimpulan semacam itu, pertama-tama harus kita singkirkan hal-hal sekadar bersifat menjelaskan dan memilih hal-hal yang memang merupakan dasar pemikiran. Bilamana yang terdapat hanya persamaan yang dangkal atau sekedar persamaan kebetulan yang terdapat di antara keduanya, dan apabila perbandingan mereka sekedar untuk maksud menjelaskan maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan.
2. Analogi
Deklaratif
Analogi Deklaratif disebut juga analogi penjelas yang
merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal
atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.
Contoh: ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta
sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu tetapi tidak semua kumpulan
pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu itu adalah rumah.
C. Cara
menilai analogi
Sebagaimana
generalisasi keterpercayaannya tergantung kepada terpenuhi tidaknya alat-alat
ukur yang kita ketahui , maka demikian pula analogi untuk mengukur derajat
keterpercayaannya sebuah analogi dapat diketahui dengan alat sebagai berikut
1. Sedikit
banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf
keterpercayaannya. Apabila saya mengirim baju kepada tukang penatu dan ternyata
hasilnya tidak memuaskan maka atas dasar analogi saya bisa menyarankan kepada
teman saya untuk tidak mengirim pakaian ketukang penatu tadi. Analogi ini
menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata C,D,E,F dan G juga mengalami hal yang
serupa.
2. Sedikit
banyak aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Contohnya: tentang sepatu yang
telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru kita beli tentu awet
dan akan terasa enak di pakai karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga
awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi misalnya di perhitungkan
juga persamaan harga, merek, dan bahannya.
3. Sifat dari
analogi yang kita buat. Apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan
bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang
sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km setiap satu liternya,
maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat lagi jika kita
mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap satu liter bahan bakarnya
dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km
setiap liter bahan bakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yang kita analogikan
semakin kuat analogi itu.
4. Mempertimbangkan
ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin
banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda semakin kuat
keterpercayaan analoginya. Konklusi yang kita ambil bahwa ari adalah pendatang
baru di universitas X akan menjadi sarjana ulung karena beberapa tamatan dari
universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung. Analogi ini menjadi lebih
kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan
sebelumnya.
5. Relevan
dan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila tidak relevan sudah barang tentu
analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Bila kita menyimpulkan bahwa mobil
yang baru kita beli setiap liter bahan bakarnya akan enempuh jarak 15 km
berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya serta jumlah candela dan tahun
produksinya sama dengan mobil yang kita beli ternyata dapat menempuh jarak 15
km setiap liter bahan bakarnya maka analogi serupa adalah analogi yang tidak
relevan.
D. Analogi
yang menyimpang
Meskipun
analogi merupakan corak penalaran yang popular namun tidak semua penalaran
analogi merupakan analogi induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi
syarat atau tidak bisa diterima meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan
kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak
tepat.
1. Kekeliruan
pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif.
Contoh: saya heran mengapa orang takut berpergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur ditempat tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur.
Contoh: saya heran mengapa orang takut berpergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur ditempat tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur.
Disini naik pesawat ditakuti karena sering menimbulkan
petaka yang menyenbabkan maut. Sedang orang tidur karena jarang sekali atau
boleh dikatakan tidak pernah ada orang menemui ajalnya karena kecelakaann
tempat tidur melainkan karena penyakit yang di idapnya. Jadi orang menyamakan
dua hal yang berbeda.
2. Kekeliruan
kedua adalah pada analogi deklaratif. Contoh: Negara kita sudah banyak
berhutang. Dengan pembangunan lima tahun kita harus menumpuk utang
terus-menerus dari tahun ketahun. Pembangunan lima tahun ini memaksa rakyat dan
bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun semakin
sarat (dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara tidak ingin
tenggelam dan mati bukan? Karena itulah kita lebih baik tiodak naik kapal sarat
itu. Kita tidak perlu melaksanakan pemabngunan itu..
Disini seorang tidak setuju dengan pembangunan lima
tahun yang sedang dilaksanakan dengan analogi yang pincang. Memang Negara kita
perlu melakukan pinjaman untuk membangun. Pinjaman itu digunakan seproduktif
mungkin sehingga dapat meningkatkan devisa Negara. Dengan demikian penghasilan
perkepala akan meningkat di banding sebelumnya. Demikian seterusnya dari tahun
ke tahun sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat akan tercapai. Pembicara
disini hanya menekankan segi utangnya saja, tidak memperhitungkan segi-segi
positif dari kebijaksanaan menempuh pinjaman.
Analogi menyimpang model kedua ini amat banyak
digunakan dalam perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat
lawan maupun mempertahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar
analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar.
E. Analisis
kritis
Defenisi
analogi adalah suatu proses penalaran dengan menggunakan perbandingan dua hal
yang berbeda dengan cara melihat persamaan dari dua hal yang di perbandingkan
tersebut sehingga dapat digunakan untuk memperjelas suatu konsep
Namun demikian, banyak pula orang memakai analogi yang ngawur dalam penalaran atau argumentasinya. Analogi ngawur adalah suatu bentuk perbandingan yang mencoba membuat suatu idea atau gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan idea atau gagasan lain yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan dengan idea atau gagasan yang pertama tadi. Misalnya apabila seorang menyamakan kepala Negara dengan kepala manusia dipotong maka akan matilah manusia tersebut begitu pula apabila kepala Negara di bunuh, maka Negara itu akan hancur. Jelas contoh tersebut suatu analogi ngawur karena Dengan adanya sedikit pembahasan makalah ini maka diharapkan agar orang-orang yang memakai analogi ngawur itu bisa mengetahui arti analogi sebenarnya dan bisa menggunakan analogi dengan baik dan benar karena kita manusia yang berakal dan harus memanfaatkannya agar kita menjadi orang yang cakap pikir. Penggunaan analogi dengan baik dan benar akan sangat berguna. Ilmu berkembang berkat pemakaian analogi secara baik dan benar.
Namun demikian, banyak pula orang memakai analogi yang ngawur dalam penalaran atau argumentasinya. Analogi ngawur adalah suatu bentuk perbandingan yang mencoba membuat suatu idea atau gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan idea atau gagasan lain yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan dengan idea atau gagasan yang pertama tadi. Misalnya apabila seorang menyamakan kepala Negara dengan kepala manusia dipotong maka akan matilah manusia tersebut begitu pula apabila kepala Negara di bunuh, maka Negara itu akan hancur. Jelas contoh tersebut suatu analogi ngawur karena Dengan adanya sedikit pembahasan makalah ini maka diharapkan agar orang-orang yang memakai analogi ngawur itu bisa mengetahui arti analogi sebenarnya dan bisa menggunakan analogi dengan baik dan benar karena kita manusia yang berakal dan harus memanfaatkannya agar kita menjadi orang yang cakap pikir. Penggunaan analogi dengan baik dan benar akan sangat berguna. Ilmu berkembang berkat pemakaian analogi secara baik dan benar.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan
1.
Analogi dalam bahasa Indonesia ialah “kias”
(arab:qasa:mengukur, membandingkan). Berbicara tentang analogi adalah berbicara
tentang dua hal yang berlainan, Mundiri mengatakan analogi kadang-kadang
disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari suatu fenomena menuju
fenomena lain yang sejenis.
2.
Analogi ada beberapa macam diantaranya:
a. analogi
induktif
analogi induktif adalah analogi yang sdisusun
berdasarkan persamaan principal yang ada pada kedua fenomena, kemudian dicari
kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena
kedua. Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi tidak pernah menghasilkan
kebenaran yang mutlak
b. analogi
deklaratif
analogi deklaratif disebut juga analogi penjelas yang
merupakan m,etode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal
atau masih samara, dengan sesuatu yang sudah dikenal.
c. Cara
menilai analogi
1)
sedikit banyak peristiwa sejenis yang dianalogikan
2)
sedikit banyak aspek-aspek yang menjadi dasar analogi
3)
sifat analogi yang kita buat
4)
mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda
pada peristiwa yang dianalogikan
5)
relevan dan tidaknya masalah yang di analogikan
d. Analogi
yang menyimpang
Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang
popular namun tidak semua penalaran analogi benar. Ada masalah yang tidak
memenuhi syarat atau tidak bisa diterima meskipun sepintas sulit bagi kita
menunjukkan kekeliruannya.
1)
Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi
induktif
2)
Kekeliruan kedua adalah pada analogi deklaratif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar