Senin, 27 Januari 2014

Arti Cinta



ARTI CINTA
 
Assalamu’laikum Warahmatullahi Wabarokatuh………
Kali ini ( CINTA ) akan mengingatkan kita untuk hati-hati terhadap apa dan untuk siapa yang kita cintai.

“Waktu makan ku ingat kamu, waktu tidur ku ingat kamu, waktu bercermin ku ingat kamu, waktu belajar ku ingat kamu”

Demikianlah kira-kira bunyi sebuah syair lagu yang pernah ngetrend. Lagu ini memng bertema tentang cinta…cinta suci katanya….Eit tunggu dulu…apa benar cinta suci..??? apa benar cinta sejati…??? Atau hanya sekedar cinta syahwati…!!!!
Cinta adalah karunia Allah SWT. Bahkan allah menciptakan alam semesta ini karena cintaNya. KarenaNya alam dan dunia ini lautan cinta. Cinta itu suka atau senang, cinta itu keinginan untuk memberi. Demikian yang kita dengar tentang cinta. Tapi ketika dikatakan kalimat CINTA yang muncul dalam otak adalah PACAR. Inilah kesalahan kita dalam mengartikan cinta. Cinta yang selama ini kita kenal seperti itu adalah CINTA SYAHWATI. Apa memang sedemikian rendah nilai cinta.
Cinta memang mempunyai kekuatan yang luar biasa, dan kekuatan cinta tersebut mampu membikin pribadi yang nekat atau pribadi yang taat. Nekat dalam arti berani melanggar peraturan Alah SWT, sehingga sampai-sampai bilang “ khan chuma phegang-phegang doank “, …….Na’udsubillahi min dzalik…….
Kalau bicara masalah cinta pasti tidak akan habis-habisnya, namun nberapapun banyaknya nuansa cinta, sebenarnya hanya ada dua versi cinta, yaitu cinta imani ( cinta robbani ) adalah cinta yang berlandaskan kepada keimanan, dan cinta syahwati adalah cinta yang berlandaskan pada hawa nafsu yang ditunggangi oleh syaithon laknatullah ‘alaihi.
Cinta imani inilah yang sesungguhnya merupakan cinta sejati, tapi pengertian ini telah diputar balik, sehingga cinta syahwati dianggap cinta suci, yang harus diperjuangkan sampai tetes darah penghabisan, dengan bunuh diri misalnya.
Mahabbah ( kecintaan ) seorang mu’min adalah harus berlandaskan keimanan, dan kecintaan yang tertinggi adalah kecintaan terhadap Allah SWT ( mahabbatullah ). Kecintaan kepada Allah adalah mutlak dan di atas segala-galanya, sedangkan bagi orang kafir cintanya adalah cinta syahwati.

TANDA-TANDA CINTA
Cinta secara umum mempunyai tanda-tanda dan gejala-gejala yang sama. Pertama adalah banyak mengingat pada yang dicintai sebagaimana syair lagu di atas, hatinya selalu teringat dan terkenang pada yang dicintainya. Apabila tiba-tiba suatu saat disebutkan nama yang kita cintai maka hati kita tersentak, hati kita deg-deg sir….ada apa nieh….???. Demikian pula pula jika kita mendapatkan surat dari yang kita cintai. Maka bagi seorang mu’min karena kecintaan kepada Allah adalah yang tertinggi, bila disebut namaNya gemetarlah hatinya dan jika dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah imannya (QS Al-Anfal : 2 ). Yang kedua adalah takjub dan kagum pada yang kita cintai. Kalau sudah cinta hidung pesek katanya mancung, atau bahkan tahi kambing dirasa coklat, ucap seorang penyanyi….karena kekagumannya kepada yang ia cintai. Bagi cinta yang dilandasi syahwat, kekagumannya bersifat sementara dan tidak membekas di dalam hati, karena manusia selalu memiliki rasa tidak puas. Maka tepatlah petunjuk Rasulullah SAW, bila mencari istri pilihlah karena agamanya sebaagai prioritas utama, bukan cantiknya, bukan kayanya, dan juga bukan karena kebangsawanannya.
Kekaguman karena iman akan membarikan hal yang berbeda, ia akan membekas dalam hati, apalagi kekaguman akan kebesaran dan keagungan Allah SWT.

“ yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata ) : Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia…Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka “ ( QS Ali Imran : 191 ).

Yang ketiga dan keempat adalah ridha ( rela ) dan pengorbanan. Seorang mu’min karena cintanya yang sangat kuat kepada Allah, ia akan rela mengorbankan segalanya demi mencapai keridhaan Sang Pemberi Cinta, Allah SWT. Kalau cinta syahwati, keridhaannya pun bersifat untuk memenuhi hawa nafsunya saja. Karena jabatan mau saja menyembah-nyembah atasan, karena ridha dengan si dia sampai-sampai mengorbankan kehormatannya, atau SPP amblas sehingga orang tua yang kalang kabut.
Kecintaan kepada sesuatu dengan tanda-tandanya di atas akan melahirkan rasa takut dan harap serta suatu ketaatan. Ini merupakan hal yang wajar dan logis. Karena mencintainya kita takut kehilangan, atau khawatir apa cinta kita diterima apa tidak, dan kita mengharapkan agar selalu dekat dengan yang kita cintai. Otomatis supaya kekhawatiran kita tidak terjadi dan harapan kita terpenuhi, kita taat pada yang kita cintai. Kalau dibilang, “ kalau cinta, traktir dong….!! “, kemudian ia mentraktir dengan uang SPPnya, maka ini adalah salah satu ketaatan. Tentu saja bentuk pengorbanannya adalah uang SPP. Demikian pula bila diajak nonton film di bioskop, padahal yang ngajak itu orang lain, kemudian mau, juga merupakan ketaatan, ketaatan yang salah, ketaatan yang sesat.
Kecintaan yang berlandaskan dengan iman akan melahirkan ketakutan, pengharapan dan ketaatan hanya kepadaNya, meskipun memiliki tanda-tanda yang sama, tetap saja antara cinta imani dan cinta syahwati akan bertolak belakang, karena yang satu haq dan yang lain bathil.

PRIORITAS DAN PERINGKAT-PERINGKAT CINTA
Dalam cinta pun ada skala prioritas seperti halnya membelanjakan uang. Ada seseorang yang tidak punya baju sama sekali, kemudian ia tidak membeli baju tapi malahan membeli sepeda. Suatu hari ia bersepeda tanpa pakaian, tentu saja orang0irang berkata “ orang itu sudah sinting, mbok ya beli baju dulu “.
Demikianlah kita harus punya prioritas cinta supaya tidak dibilang sinting. Untuk itu kita harus mengenal apa itu maratibul muhabbah ( peringkat-peringkat cinta ). Dengan memahami peringkat-peringkat cinta ini, mudah-mudahan kita tidak terjerumus kepada syirik cinta.
Peringkat pertama adalah tatayyum. Yaitu cinta yang melahirkan sikap untuk menghamba secara mutlak dan melakukan pengorbanan sampai tetes darah penghabisan. Ini adalah kecintaan tertinggi dan hanya pantas kita berikan kepada Allah Rabbul ‘Alammin. Seorang mu’min amat sangat cintanya kepada Allah SWT. ( QS al-Baqarah : 165 ).
Peringkat kedua adalah isyq. Yaitu cinta yang menumbuhkan ketundukkan terhadap segala perintah dan segala larangannya, membangkitkan sikap hormat yang tinggi, mengikuti dan membelanya. Kecintaan ini adalah haq rasul. Namun isyq tidak mendorong seseorang menghamba kepada Muhammad. Inilah yang membedakannya dengan tatayyum.
Peringkat ketiga adalah syauq. Yaitu cinta yang membuahkan mawaddah warrahmah ( kasih saying ), menjadi perekat yang kuat dalam membangun ummat. Ini adalah cinta mu’min dengan mu’min lainnya. Antara orang tua dengan anak, antara suami dengan istri, dan dengan saudara yang mu’min.
Peringkat keempat adalah shababah. Yaitu cinta yang ditujukan kepada sesama muslim yang akan melahirkan persaudaraan.
Peringkat kelima adalah ‘ithf. Yaitu cinta yang ditujukan kepada sasama manusia. Rasa simpati mendorong mu’min untuk menolong manusia ke jalan benar ( dakwah ). Bila hilang rasa simpati, seseorang menjadi cuek, tak peduli dengan kerusakan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Peringkat keenam dan yang paling sederhana adalah ‘alaqah. Yaitu kecintaan kepada selain yang di atas, harta benda misalnya. Islam membenarkan ini dalam hal intifa’ ( memanfaatkan, mendayagunakan ). Cinta yang berlebihan pada harta benda membahayakan manusia sendiri. Para shalafush shalihin berdoa kepada Allah agar jangan sampai dunia menempati hati mereka, cukup tangan saja. Artinya jangan sampai dunia menguasai mereka tetapi mereka yang menguasai dunia.
Jadi kecintaan tertinggi seorang mu’min adalah untuk Allah, kemudian Rasulullah dan jihad di jalan Allah SWT. Baru setelah itu kepada orang tua, saudara yang mu’min, suami dan istri, anak dan seterusnya.

“ katakanlah ; jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kahawatiri kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya dan ( dari ) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq “ ( QS At-Taubah : 24 ).

Memang manusia secara naluriah memilii rasa cinta kepada lawan jenis, anak-anak, harta benda, seperti firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 14 :

“ Dijadikan indah dalam pandangan kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading “.

Namun hal itu bukanlah letimasi untuk menjadikan cinta syahwati sebagai yang dipuja sedemikian rupa. Karena Allah telah menentukan batasan-batasan.
Kecintaan tertinggi adalah untuk Allah, maka kecintaan kita kepada sesuatu adalah karena kecintaan kita kepada Allah SWT, maksudnya sesuai dengan aturan-aturan Allah SWT. Kita boleh mencintai lawan jenis, tapi caranya adalah yang sesuai dengan aturan Allah, yaitu setelah menikah, bukan pacaran. Model pacaran itu bukan dari Allah, tapi dari syaithan laknatullah ‘alaih.
Jika kita lihat dari realitas, banyak orang masih tidak menempatkan kecintaannya tidak pada tempatnya. Ada yang menempatkan cinta tertinggi untuk selain Allah, entah harta atau yang lain-lain. Mereka lebih mencinttai dunia dari pada akhirat. Inilah sikap orang yang buta cinta, Karena buta cinta dunia menjadi tuan, kekasih mnjadi pujaan, menjadi ilah-ilah yang lain.

KELAZIMAN CINTA
Ibnu Taimiyah berkata, “ mencintai apa yang di cintai kekasih adalah kesempurnaan cinta pada kekasih “.

Apa yang dikatakan Ibnu Taimiyah inilah yang disebut kelaziman cinta, lumrahnya seseorang kepada yang dicintainya. Lumrahnya seseorang kepada yang dicintainya adalah mencintai siapa-siapa yang dicintai kekasih, dan membenci siapa-siapa dan apa-apa yang dibenci kekasih. Jika Allah mencintai Nabi dan RasulNya, kita pun harus mencintai mereka. Allah mencintai orang-orang yang beriman, amal shaleh, akhlaqul karimah, maka demikian pula seharusnya dengan kita. Allah menccintai kebersihan, bagaimana kita bias disebut sinta kepada Allah kalau kita tidak menyukai dan menjaga kebersihan. Allah membenci orang-orang kafir dan munafik, maka kita pun demikian. Allah membenci perbuatan tercela seperti zina, memperturutkan hawa nafsu, berjudi, mabuk, dan korupsi, maka kita wajib menjauhi perbuatan-perbuatan semacam ini.

ALJABAR CINTA
Aljabar atau perhitungan cinta tidak sama dengan pelajaran matematika kita. Kalau dalam matematika yang kita pelajari 100 dibagi 2 sama sengan 50. dalam aljabar cinta tidak begitu. Bila kita mencintai Allah, Rasul dan jihad bukan berarti untuk Allah 70%, untuk Rasulullah 20% dan seterusnya sama sekali bukan.
Kecintaan seorang mu’min kepada Allah adalah mutlak. Kecintaan kita kepada yang lain tidak mengurangi kecintaan kita kepada Allah, karena pada dasarnya kecintaan kepada yang lain bagi seorang mu’min adalah karena kecintaannya kepada Allah. Mulai sekarang kita harus tahu mana cinta imani dan mana cinta syahwati. Maka jangan sampai salah menempatkan cinta, sehingga syair lagu di atas seharusnya ; “ waktu mau makan ku ingat Allah, waktu mau bercermin ku ingat Allah, waktu mau belajar ku ingat Allah, waktu mau tidur ku ingat Allah, “ dengan do’a-do’a yang diajarkan Rasulullah SAW.
Wallahu a’lam……..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar