
ARTI CINTA
Assalamu’laikum
Warahmatullahi Wabarokatuh………
Kali ini ( CINTA ) akan mengingatkan kita untuk hati-hati terhadap
apa dan untuk siapa yang kita cintai.
“Waktu makan ku
ingat kamu, waktu tidur ku ingat kamu, waktu bercermin ku ingat kamu, waktu
belajar ku ingat kamu”
Demikianlah kira-kira bunyi sebuah syair lagu yang pernah ngetrend.
Lagu ini memng bertema tentang cinta…cinta suci katanya….Eit tunggu dulu…apa
benar cinta suci..??? apa benar cinta sejati…??? Atau hanya sekedar cinta
syahwati…!!!!
Cinta adalah karunia Allah SWT. Bahkan allah menciptakan alam
semesta ini karena cintaNya. KarenaNya alam dan dunia ini lautan cinta. Cinta
itu suka atau senang, cinta itu keinginan untuk memberi. Demikian yang kita
dengar tentang cinta. Tapi ketika dikatakan kalimat CINTA yang muncul dalam
otak adalah PACAR. Inilah kesalahan kita dalam mengartikan cinta. Cinta yang
selama ini kita kenal seperti itu adalah CINTA SYAHWATI. Apa memang sedemikian
rendah nilai cinta.
Cinta memang mempunyai kekuatan yang luar biasa, dan kekuatan cinta
tersebut mampu membikin pribadi yang nekat atau pribadi yang taat. Nekat dalam
arti berani melanggar peraturan Alah SWT, sehingga sampai-sampai bilang “ khan
chuma phegang-phegang doank “, …….Na’udsubillahi min dzalik…….
Kalau bicara masalah cinta pasti tidak akan habis-habisnya, namun
nberapapun banyaknya nuansa cinta, sebenarnya hanya ada dua versi cinta, yaitu
cinta imani ( cinta robbani ) adalah cinta yang berlandaskan kepada keimanan,
dan cinta syahwati adalah cinta yang berlandaskan pada hawa nafsu yang
ditunggangi oleh syaithon laknatullah ‘alaihi.
Cinta imani inilah yang sesungguhnya merupakan cinta sejati, tapi
pengertian ini telah diputar balik, sehingga cinta syahwati dianggap cinta
suci, yang harus diperjuangkan sampai tetes darah penghabisan, dengan bunuh
diri misalnya.
Mahabbah ( kecintaan ) seorang mu’min adalah harus berlandaskan
keimanan, dan kecintaan yang tertinggi adalah kecintaan terhadap Allah SWT (
mahabbatullah ). Kecintaan kepada Allah adalah mutlak dan di atas segala-galanya,
sedangkan bagi orang kafir cintanya adalah cinta syahwati.
TANDA-TANDA CINTA
Cinta secara umum mempunyai tanda-tanda dan gejala-gejala yang sama.
Pertama adalah banyak mengingat pada
yang dicintai sebagaimana syair lagu di atas, hatinya selalu teringat dan
terkenang pada yang dicintainya. Apabila tiba-tiba suatu saat disebutkan nama
yang kita cintai maka hati kita tersentak, hati kita deg-deg sir….ada apa
nieh….???. Demikian pula pula jika kita mendapatkan surat dari yang kita cintai. Maka bagi seorang
mu’min karena kecintaan kepada Allah adalah yang tertinggi, bila disebut
namaNya gemetarlah hatinya dan jika dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah imannya
(QS Al-Anfal : 2 ). Yang kedua
adalah takjub dan kagum pada yang kita cintai. Kalau sudah cinta hidung pesek
katanya mancung, atau bahkan tahi kambing dirasa coklat, ucap seorang
penyanyi….karena kekagumannya kepada yang ia cintai. Bagi cinta yang dilandasi
syahwat, kekagumannya bersifat sementara dan tidak membekas di dalam hati,
karena manusia selalu memiliki rasa tidak puas. Maka tepatlah petunjuk
Rasulullah SAW, bila mencari istri pilihlah karena agamanya sebaagai prioritas
utama, bukan cantiknya, bukan kayanya, dan juga bukan karena kebangsawanannya.

“ yaitu
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya
berkata ) : Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia…Maha
Suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka “ ( QS Ali Imran : 191 ).
Yang ketiga dan keempat adalah ridha ( rela ) dan
pengorbanan. Seorang mu’min karena cintanya yang sangat kuat kepada Allah, ia
akan rela mengorbankan segalanya demi mencapai keridhaan Sang Pemberi Cinta,
Allah SWT. Kalau cinta syahwati, keridhaannya pun bersifat untuk memenuhi hawa
nafsunya saja. Karena jabatan mau saja menyembah-nyembah atasan, karena ridha
dengan si dia sampai-sampai mengorbankan kehormatannya, atau SPP amblas
sehingga orang tua yang kalang kabut.
Kecintaan kepada sesuatu dengan tanda-tandanya di atas akan
melahirkan rasa takut dan harap serta suatu ketaatan. Ini merupakan hal yang wajar
dan logis. Karena mencintainya kita takut kehilangan, atau khawatir apa cinta
kita diterima apa tidak, dan kita mengharapkan agar selalu dekat dengan yang
kita cintai. Otomatis supaya kekhawatiran kita tidak terjadi dan harapan kita
terpenuhi, kita taat pada yang kita cintai. Kalau dibilang, “ kalau cinta,
traktir dong….!! “, kemudian ia mentraktir dengan uang SPPnya, maka ini adalah
salah satu ketaatan. Tentu saja bentuk pengorbanannya adalah uang SPP. Demikian
pula bila diajak nonton film di bioskop, padahal yang ngajak itu orang lain,
kemudian mau, juga merupakan ketaatan, ketaatan yang salah, ketaatan yang
sesat.
Kecintaan yang berlandaskan dengan iman akan melahirkan ketakutan,
pengharapan dan ketaatan hanya kepadaNya, meskipun memiliki tanda-tanda yang
sama, tetap saja antara cinta imani dan cinta syahwati akan bertolak belakang,
karena yang satu haq dan yang lain bathil.
PRIORITAS DAN
PERINGKAT-PERINGKAT CINTA
Dalam cinta pun ada skala prioritas seperti halnya membelanjakan
uang. Ada
seseorang yang tidak punya baju sama sekali, kemudian ia tidak membeli baju
tapi malahan membeli sepeda. Suatu hari ia bersepeda tanpa pakaian, tentu saja
orang0irang berkata “ orang itu sudah sinting, mbok ya beli baju dulu “.
Demikianlah kita harus punya prioritas cinta supaya tidak dibilang
sinting. Untuk itu kita harus mengenal apa itu maratibul muhabbah ( peringkat-peringkat cinta ). Dengan memahami
peringkat-peringkat cinta ini, mudah-mudahan kita tidak terjerumus kepada
syirik cinta.
Peringkat pertama adalah tatayyum.
Yaitu cinta yang melahirkan sikap untuk menghamba secara mutlak dan
melakukan pengorbanan sampai tetes darah penghabisan. Ini adalah kecintaan tertinggi
dan hanya pantas kita berikan kepada Allah Rabbul ‘Alammin. Seorang mu’min amat
sangat cintanya kepada Allah SWT. ( QS al-Baqarah : 165 ).

Peringkat ketiga adalah syauq.
Yaitu cinta yang membuahkan mawaddah warrahmah ( kasih saying ), menjadi
perekat yang kuat dalam membangun ummat. Ini adalah cinta mu’min dengan mu’min
lainnya. Antara orang tua dengan anak, antara suami dengan istri, dan dengan
saudara yang mu’min.
Peringkat keempat adalah shababah.
Yaitu cinta yang ditujukan kepada sesama muslim yang akan melahirkan
persaudaraan.
Peringkat kelima adalah ‘ithf.
Yaitu cinta yang ditujukan kepada sasama manusia. Rasa simpati mendorong mu’min
untuk menolong manusia ke jalan benar ( dakwah ). Bila hilang rasa simpati,
seseorang menjadi cuek, tak peduli dengan kerusakan masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
Peringkat keenam dan yang paling sederhana adalah ‘alaqah. Yaitu kecintaan kepada selain
yang di atas, harta benda misalnya. Islam membenarkan ini dalam hal intifa’ (
memanfaatkan, mendayagunakan ). Cinta yang berlebihan pada harta benda
membahayakan manusia sendiri. Para shalafush
shalihin berdoa kepada Allah agar jangan sampai dunia menempati hati mereka,
cukup tangan saja. Artinya jangan sampai dunia menguasai mereka tetapi mereka
yang menguasai dunia.
Jadi kecintaan tertinggi seorang mu’min adalah untuk Allah, kemudian
Rasulullah dan jihad di jalan Allah SWT. Baru setelah itu kepada orang tua,
saudara yang mu’min, suami dan istri, anak dan seterusnya.
“
katakanlah ; jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kahawatiri
kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu
cintai dari pada Allah dan RasulNya dan ( dari ) berjihad di jalanNya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang fasiq “ ( QS At-Taubah : 24 ).
Memang manusia secara naluriah memilii rasa cinta kepada lawan
jenis, anak-anak, harta benda, seperti firman Allah dalam surah Ali Imran ayat
14 :
“ Dijadikan
indah dalam pandangan kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading “.
Namun hal itu bukanlah letimasi untuk menjadikan cinta syahwati
sebagai yang dipuja sedemikian rupa. Karena Allah telah menentukan
batasan-batasan.
Kecintaan tertinggi adalah untuk Allah, maka kecintaan kita kepada
sesuatu adalah karena kecintaan kita kepada Allah SWT, maksudnya sesuai dengan
aturan-aturan Allah SWT. Kita boleh mencintai lawan jenis, tapi caranya adalah
yang sesuai dengan aturan Allah, yaitu setelah menikah, bukan pacaran. Model
pacaran itu bukan dari Allah, tapi dari syaithan laknatullah ‘alaih.

KELAZIMAN CINTA
Ibnu Taimiyah berkata, “ mencintai apa yang di cintai kekasih adalah
kesempurnaan cinta pada kekasih “.
Apa yang dikatakan Ibnu Taimiyah inilah yang disebut kelaziman cinta,
lumrahnya seseorang kepada yang dicintainya. Lumrahnya seseorang kepada yang
dicintainya adalah mencintai siapa-siapa yang dicintai kekasih, dan membenci
siapa-siapa dan apa-apa yang dibenci kekasih. Jika Allah mencintai Nabi dan
RasulNya, kita pun harus mencintai mereka. Allah mencintai orang-orang yang
beriman, amal shaleh, akhlaqul karimah, maka demikian pula seharusnya dengan
kita. Allah menccintai kebersihan, bagaimana kita bias disebut sinta kepada
Allah kalau kita tidak menyukai dan menjaga kebersihan. Allah membenci
orang-orang kafir dan munafik, maka kita pun demikian. Allah membenci perbuatan
tercela seperti zina, memperturutkan hawa nafsu, berjudi, mabuk, dan korupsi,
maka kita wajib menjauhi perbuatan-perbuatan semacam ini.
ALJABAR CINTA
Aljabar atau perhitungan cinta tidak sama dengan pelajaran
matematika kita. Kalau dalam matematika yang kita pelajari 100 dibagi 2 sama
sengan 50. dalam aljabar cinta tidak begitu. Bila kita mencintai Allah, Rasul
dan jihad bukan berarti untuk Allah 70%, untuk Rasulullah 20% dan seterusnya
sama sekali bukan.
Kecintaan seorang mu’min kepada Allah adalah mutlak. Kecintaan kita
kepada yang lain tidak mengurangi kecintaan kita kepada Allah, karena pada
dasarnya kecintaan kepada yang lain bagi seorang mu’min adalah karena
kecintaannya kepada Allah. Mulai sekarang kita harus tahu mana cinta imani dan
mana cinta syahwati. Maka jangan sampai salah menempatkan cinta, sehingga syair
lagu di atas seharusnya ; “ waktu mau makan ku ingat Allah, waktu mau bercermin
ku ingat Allah, waktu mau belajar ku ingat Allah, waktu mau tidur ku ingat
Allah, “ dengan do’a-do’a yang diajarkan Rasulullah SAW.
Wallahu a’lam……..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar