KONSEP
DASAR PSIKOLOGI PEMBELAJARAN
A.
Filsafat dan Psikologi Pembelajaran
Sebagaimana disiplin ilmu lainnya, psikologi juga berakar pada ilmu
filsafat. Pada awalnya yang menjadi perhatian utama disiplin psikologi adalah
mengkaji dan memahami bagaimana manusia atau organisme manusia berusaha
mengetahui sesuatu atau yang kemudian dikenal dengan istilah belajar. Seiring
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, maka psikologi juga berkembang
dan kemudian terbagi-bagi ke dalam usb-disiplin, di antaranya psikologi
pembelajaran.
Teori yang termasuk paling tua berkenaan pengetahuan ialah yang dikenal
dengan ‘Teori Salinan” (Copy Theory) yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh
ahli filsafat Yunani Alcmaeon, Empedocles dan Democritos pada abad ke-4 dan
ke-5 Sebelum Masehi. Menurut teori ini kita melihat sesuatu objek dan salinan
objek itu terbentuk dalam otak kita. Oleh karena itu, kita mengetahui objek itu
melalui salinan yang berada di dalam otak kita.
Dalam perkembangan selanjutnya, ahli-ahli filsafat yang datang
berikutnya menolak Teori Salinan ini. Ahli-ahli filsafat Realisme, seperti
Thomas Reid, menolak konsep salinan yang mengatakan bahwa kita mengetahui
tentang sesuatu objek itu secara langsung tanpa melalui perwakilan atau
salinan.
Mengkaji kelemahan pandangan filsafat sebelumnya, maka kemudian muncul
ahli-ahli filsafat Idealisme yang menolak sama sekali objek. Bagi mereka apa yang
terdapat dalam otak atau pikiran kita ialah ide. Dengan demikian, dalam konteks
psikologi pembelajaran, menurut
pandangan ini, proses pembelajaran sesungguhnya merupakan proses pengembangan
ide-ide guna memahami dan menjelaskan segala sesuatu yang ada di dunia sekitar
subjek didik.
B.
Awal Mula Perkembangan Psikologi Pembelajaran
Perhatian utama
psikologi pada mulanya adalah mengkaji aspek-aspek sensasi (sensation),
persepsi (perception) dan perhatian ( attention). Hermann
Ebbinghaus, seorang ahli dari Jerman, merupakan ahli psikologi yang
pertama kali mengkaji pembelajaran secara ilmiah dan dikupas dari
sudut pandangan psikologi.
Dari sinilah awal mula berkembangnya Psikologi Pembelajaran. Jadi,
menurut Ebbinghaus, tujuan psikologi adalah untuk mengkaji bagaimana manusia
membuat perkaitan antara perkataan atau ide. Ebbinghaus juga terkenal dengan
eksperimen yang menunjukkan fenomena ingatan pada manusia. Pada tahun 1885, dia
melakukan suatu eksperiman yang menunjukkan bahwa “kadar lupa” pada manusia
normal tampak nyata pada permulaan (55% selepas 1 jam) dan berkurang seterusnya
(14% selepas 31 hari).
Hasil-hasil eksperimen
Ebbinghaus ini yang kemudian memberikan inspirasi luar biasa kepada para ahli
psikologi di kemudian hari untuk mengembangkan lebih lanjut ke dalam proses
pembelajaran, sehingga semakin berkembanglah disiplin ilmu Psikologi
Pembelajaran.
C.
Definisi Psikologi Pembelajaran
Psikologi
pembelajaran sebagai suatu sub disiplin ilmu psikologi berasal dari kata
“psikologi” dan “pembelajaran”. Psikologi didefinisikan sebagai kajian ilmiah
tentang tingkah laku dan proses mental organisme. Dengan demikian, ada tiga
gagasan utama dalam definisi ini ialah; ‘ilmiah’, ‘tingkah laku’, dan ‘proses
mental’.
Ilmiah bermakna kajian yang dilakukan dan data yang dikumpulkan mengikuti
prosedur yang sistematik;
1.
Nyatakan
masalah dan tentukan hipotesis yang hendak dikaji
2.
Reka
bentuk kajian dan tentukan teknik pengumpulan data
3.
Pengumpulan
data dan melakukan analisis data
4.
Melaporkan
penemuan untuk memastikan apakah hipotiesis yang telah dirumuskan dapat
dibuktikan.
Tingkah laku ialah aktivitas apa saja yang dapat diperhatikan, dicatat dan
diukur. Tingkah laku juga dapat diperhatikan apabila individu menyebut atau
menulis sesuatu. Misalnya, catatan seorang tentang ketakutannya atau sikapnya
sesungguhnya juga merupakan tingkah laku orang yang bersangkutan.
Proses mental mencakup segala proses yang terlibat dengan pemikiran, ingatan,
pembelajaran, sikap, emosi dan sejenisnya. Pada tahun 60-an, ahli-ahli
psikologi enggan menerima kajian mengenai proses-proses ini karena sulit
dijalankan secara ilmiah.
D.
Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Teori-teori
yang dikembangkan oleh psikologi behavioristik adalah “pengkondisian klasik”
(classical conditioning) yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dan “pengkondisian
operan” (operant conditioning) yang dipelopori oleh Burrhus F. Skinner.
1.
Teori
pengkondisian klasik dalam pembelajaran dimulai melalui suatu eksperimen yang
dilakukan oleh Ivan Pavlov pada tahun 1990. Ia melakukan eksperimen tersebut
secara sistematik dan ilmiah dengan tujuan untuk mengkaji bagaiman pembelajaran
berlaku pada organisme.
Penjelasan
kajian yang dilakukan Pavlov dikenal dengan “hukum perkaitan” (law of
association). Menurut pandangan ini organisme akan teringat sesuatu karena
sebelumnya telah mengalami suatu yang berkaitan dengannya. Berdasarkan hukum
perkaitan tersebut maka Pavlov mengemukakan bahwa proses pembelajaran pada
dasarnya merupakan pembentukan perkaitan antara stimulus dan respon.
Berdasarkan
eksperiment tersebut, diperoleh kesimpulan yang berkaitan dengan cara perubahan
tingkah laku yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yaitu:
a.
Penguasaan.
Yaitu cara organisme mempelajari atau menguasai sesuatu respon baru yang
berlangsung secara bertahap.
b.
Generalisasi.
Yaitu organisme dapat membuat generalisasi bahwa bunyi yang berlainan atau
hampir sama mungkin diikuti oleh respon.
c.
Diskriminasi.
Yaitu suatu organisme bisa merespon terhadap suatu stimulus tertentu, tetapi
tidak kepada stimulus lain.
d.
Penghapusan.
Yaitu respon secara bertahap akan terhapus dikarenakan stimulus yang
dikondisikan tidak diikuti dengan stimulus yang tak dikondisikan.
2.
Pengkodisian
operan dalam pembelajaran dipelopori oleh Burrhus F. Skinner yang didasarkan
pada banyak penelitian yang telah ia lakukan. Teori ini mengungkapkan bahwa
apabila suatu organisme menghasilkan suatu respon yang baru disebabkan karena
organisme tersebut bertindak ke sesuatu yang lebih baik.
Prinsip dalam
pengkondisian operan menurut Skinner terdiri dari dua konsep utama yaitu
penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment). Penguatan terbagi menjadi
dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
a.
Penguatan
positif adalah stimulus apa saja yang dapat meningkatkan sesuatu tingkah laku.
Penguatan ini dapat berupa benda (hadiah), sosial (pujian, sanjungan) atau
“token” (seperti nilai ujian).
Penguatan
negatif adalah stimulus apa saja yang menyakitkan atau yang menimbulkan keadaan
tidak menyenangkan atau tidak mengenakkan perasaan sehingga dapat mengurangi
terjadinya sesuatu tingkah laku.
b.
Hukuman
adalah stimulus apa saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkah laku
menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan.
Ada beberapa
teknik dalam pengkondisian operan yang dapat digunakan untuk pembentukan
tingkah laku dalam pembelajaran, yaitu:
a.
Pembentukan
respon (shaping behavior). Teknik penguatan respon ini dilakukan dengan cara
menguatkan organisme pada setiap kali ia bertindak ke arah yang diinginkan
sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai pada suatu saat tidak perlu
lagi menguatkan respon tersebut.
b.
Generalisasi,
diskriminasi dan penghapusan. Generalisasi yaitu penguatan yang hampir sama
dengan penguatan sebelumnya akan dapat menghasilkan respon yang sama.
Diskriminasi yaitu respon organisme terhadap suatu penguatan, tetapi tidak
terhadap jenis penguatan lain. Penghapusan yaitu respon terhapus secara
bertahap apabila penguatan atau ganjaran tidak diberikan.
c.
Jadwal
penguatan (schedule of reinforcement). Berdasarkan eksperimennya Skinnner
mendapatkan bahwa cara atau waktu pemberian penguatan dapat mempengaruhi
respon. Jadwal penguatan ini dapat dilaksanakan dengan 3 cara yaitu penguatan
berkelanjutan, penguatan nisbah, dan penguatan waktu.
d.
Penguatan
positif. Dalam penguatan ini dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran
sesegera mungkin setelah tingkah laku muncul.
e.
Penguatan
intermiten. Penguatan ini dilakukan dengan memberikan ganjaran untuk memelihara
perubahan tingkah laku atau respon positif yang telah dicapai seseorang.
f.
Penghapusan.
Penghapusan dilakukan dengan cara tidak memberikan penguatan sama seklai atau
tidak menghiraukan respon yang muncul pada seseorang.
g.
Percontohan.
Percontohan adalah perilaku atau respon individu yang dilakukan dengan mencontoh
tingkah laku orang lain.
h.
Token
ekonomy. Token ekonomy yaitu memberikan ganjaran berupa sesuatu yang memiliki
nilai ekonomi ketika seseorang telah mampu menunjukkan respon atau tingkah laku
yang positif sesuai dengan yang diharapkan.
E.
Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran
Teori
ini pada awalnya dilakukan dengan menggunakan sistem komputer sebagai analogi.
Komputer memproses, menyimpan dan mengingat kembali informasi layaknya manusia,
tetapi sesungguhnya kurang tepat karena terlalu menyederhanakan manusia. Cara
manusia memproses informasi lebih kompleks dibandingkan dengan komputer.
1.
Penerimaan
sensori (alat indera). Suatu informasi diterima melalui perekam visual,
pendengar, pencium, pengecap, dan sentuhan.
2.
Lupa
dalam ingatan jangka pendek (forgetting). Lupa adalah kegagalan mengingat
kembali sesuatu butir informasi dengan tepat. Ada tiga teori tentang ini yaitu:
a.
Teori
pudar (decay theory). Yaitu informasi menjadi pudar disebabkan oleh waktu.
Karena waktu sudah cukup lama, maka informasi yang pernah diterima oleh
seseorang menjadi pudar.
b.
Teori
ingat kembali (retrieval theory). Informasi itu sesungguhnya ada, tetapi tidak
dapat dicari karena “isyarat” yang sesuai untuk mengeluarkan informasi itu
tidak ada.
c.
Teori
gangguan (interference theory). Informasi lain mengganggu informasi lainnya
untuk diingat.
d.
Gangguan
retroaktif (retroaktif interference).
3.
Empat
proses utama dalam model pemprosesan informasi yaitu:
a.
Pengkodean
(encoding)
b.
Penyimpanan
(storage)
c.
Mengingat
kembali (retrieval).
3 proses ini
dilakukan dengan menyimpan informasi ke dalam 3 memori yaitu perekam derita,
ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
d.
Lupa
(foregetting). Proses yang menyebabkan informasi hilang atau sulit diingat.
4.
Ingatan
jangka pendek (short term memory)
Memori ni dikenal dengan istilah “ingatan kerja” (working memory).
Tempo ingatan jangka pendek ialah 10-20 menit jika butir informasi tidak
diulang.
5.
Ingatan
jangka panjang
Sigmund Frued mengatakan bahwa segala pengalaman kita sejak
dilahirkan disimpan dalam ingatan jangka panjang. Informasi tidak hilang tetapi
sukar diingat.
6.
Pengkodean
informasi dalam ingatan jangka panjang
Individu yang mampu mengkodekan informasi pada “tingkatan yang
bermakna” (meaning level) cenderung mampu memindahkan informasi ke dalam
ingatan jangka panjang dengan lebih bagus dan lebih berkesan sehingga sangat
membantu proses mengingat kembali informasi tersebut.
7.
Mengingat
kembali informasi dari ingatan jangka panjang
Ketika kita ingin mengingat kembali informasi yang disimpan dalam
ingatan jangka panjang, maka kejadian yang mungkin muncul adalah kita menambah
informasi dan kita tinggalkan informasi. Ada tiga fenomena yang mendorong kita
berbuat demikian yaitu inferensi (suatu informasi dapat diingat kembali
tergantung pada bagaimana informasi itu disimpan), teori peringkat pemrosesan (level
of processing theory), prinsip pengkhususan pengkodean.
8.
Penyimpanan
pengetahuan dalam ingatan jangka panjang
Informasi yang kita simpan dalam ingatan jangka panjang dapat
diingat kembali dengan lima bentuk berikut ini yaitu:
a.
Pengetahuan
deklaratif yaitu memori semanatic (semua informasi yang terdiri dari fakta,
konsep, prinsip, teori, dan hukum), dan memori episodik (segala peristiwa yang
telah terjadi kepada diri kita).
b.
Pengetahuan
prosedural yaitu semua informasi yang berkaitan dengan cara, kaidah atau
prosedur melakukan sesuatu.
c.
Imageri
yaitu perwakilan abstrak dalam ingatan jangka panjang yang mengenai sesuatu
objek atau peristiwa.
d.
Stereotipe
yaitu butir informasi yang berkenaan dengan ciri-ciri kepribadian atau atribut
fisikal yang cenderung dianggap benar bagi seseorang atau sekolompok orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar