Sabtu, 25 Januari 2014

KONSEP DASAR PSIKOLOGI PEMBELAJARAN



KONSEP DASAR PSIKOLOGI PEMBELAJARAN
A.    Filsafat dan Psikologi Pembelajaran
Sebagaimana disiplin ilmu lainnya, psikologi juga berakar pada ilmu filsafat. Pada awalnya yang menjadi perhatian utama disiplin psikologi adalah mengkaji dan memahami bagaimana manusia atau organisme manusia berusaha mengetahui sesuatu atau yang kemudian dikenal dengan istilah belajar. Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, maka psikologi juga berkembang dan kemudian terbagi-bagi ke dalam usb-disiplin, di antaranya psikologi pembelajaran.
Teori yang termasuk paling tua berkenaan pengetahuan ialah yang dikenal dengan ‘Teori Salinan” (Copy Theory) yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh ahli filsafat Yunani Alcmaeon, Empedocles dan Democritos pada abad ke-4 dan ke-5 Sebelum Masehi. Menurut teori ini kita melihat sesuatu objek dan salinan objek itu terbentuk dalam otak kita. Oleh karena itu, kita mengetahui objek itu melalui salinan yang berada di dalam otak kita.
Dalam perkembangan selanjutnya, ahli-ahli filsafat yang datang berikutnya menolak Teori Salinan ini. Ahli-ahli filsafat Realisme, seperti Thomas Reid, menolak konsep salinan yang mengatakan bahwa kita mengetahui tentang sesuatu objek itu secara langsung tanpa melalui perwakilan atau salinan.
Mengkaji kelemahan pandangan filsafat sebelumnya, maka kemudian muncul ahli-ahli filsafat Idealisme yang menolak sama sekali objek. Bagi mereka apa yang terdapat dalam otak atau pikiran kita ialah ide. Dengan demikian, dalam konteks psikologi pembelajaran, menurut pandangan ini, proses pembelajaran sesungguhnya merupakan proses pengembangan ide-ide guna memahami dan menjelaskan segala sesuatu yang ada di dunia sekitar subjek didik.
B.       Awal Mula Perkembangan Psikologi Pembelajaran
Perhatian utama psikologi pada mulanya adalah mengkaji aspek-aspek sensasi (sensation), persepsi (perception) dan perhatian ( attention). Hermann Ebbinghaus, seorang ahli dari Jerman, merupakan ahli psikologi yang pertama  kali mengkaji pembelajaran secara ilmiah dan dikupas dari sudut pandangan psikologi.
Dari sinilah awal mula berkembangnya Psikologi Pembelajaran. Jadi, menurut Ebbinghaus, tujuan psikologi adalah untuk mengkaji bagaimana manusia membuat perkaitan antara perkataan atau ide. Ebbinghaus juga terkenal dengan eksperimen yang menunjukkan fenomena ingatan pada manusia. Pada tahun 1885, dia melakukan suatu eksperiman yang menunjukkan bahwa “kadar lupa” pada manusia normal tampak nyata pada permulaan (55% selepas 1 jam) dan berkurang seterusnya (14% selepas 31 hari).
Hasil-hasil eksperimen Ebbinghaus ini yang kemudian memberikan inspirasi luar biasa kepada para ahli psikologi di kemudian hari untuk mengembangkan lebih lanjut ke dalam proses pembelajaran, sehingga semakin berkembanglah disiplin ilmu Psikologi Pembelajaran.
C.  Definisi Psikologi Pembelajaran
Psikologi pembelajaran sebagai suatu sub disiplin ilmu psikologi berasal dari kata “psikologi” dan “pembelajaran”. Psikologi didefinisikan sebagai kajian ilmiah tentang tingkah laku dan proses mental organisme. Dengan demikian, ada tiga gagasan utama dalam definisi ini ialah; ‘ilmiah’, ‘tingkah laku’, dan ‘proses mental’.
Ilmiah bermakna kajian yang dilakukan dan data yang dikumpulkan mengikuti prosedur yang sistematik;
1.      Nyatakan masalah dan tentukan hipotesis yang hendak dikaji
2.      Reka bentuk kajian dan tentukan teknik pengumpulan data
3.      Pengumpulan data dan melakukan analisis data
4.      Melaporkan penemuan untuk memastikan apakah hipotiesis yang telah dirumuskan dapat dibuktikan.
Tingkah laku ialah aktivitas apa saja yang dapat diperhatikan, dicatat dan diukur. Tingkah laku juga dapat diperhatikan apabila individu menyebut atau menulis sesuatu. Misalnya, catatan seorang tentang ketakutannya atau sikapnya sesungguhnya juga merupakan tingkah laku orang yang bersangkutan.
Proses mental mencakup segala proses yang terlibat dengan pemikiran, ingatan, pembelajaran, sikap, emosi dan sejenisnya. Pada tahun 60-an, ahli-ahli psikologi enggan menerima kajian mengenai proses-proses ini karena sulit dijalankan secara ilmiah.
D.  Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Teori-teori yang dikembangkan oleh psikologi behavioristik adalah “pengkondisian klasik” (classical conditioning) yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dan “pengkondisian operan” (operant conditioning) yang dipelopori oleh Burrhus F. Skinner.
1.      Teori pengkondisian klasik dalam pembelajaran dimulai melalui suatu eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov pada tahun 1990. Ia melakukan eksperimen tersebut secara sistematik dan ilmiah dengan tujuan untuk mengkaji bagaiman pembelajaran berlaku pada organisme.
Penjelasan kajian yang dilakukan Pavlov dikenal dengan “hukum perkaitan” (law of association). Menurut pandangan ini organisme akan teringat sesuatu karena sebelumnya telah mengalami suatu yang berkaitan dengannya. Berdasarkan hukum perkaitan tersebut maka Pavlov mengemukakan bahwa proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pembentukan perkaitan antara stimulus dan respon.
Berdasarkan eksperiment tersebut, diperoleh kesimpulan yang berkaitan dengan cara perubahan tingkah laku yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yaitu:
a.       Penguasaan. Yaitu cara organisme mempelajari atau menguasai sesuatu respon baru yang berlangsung secara bertahap.
b.      Generalisasi. Yaitu organisme dapat membuat generalisasi bahwa bunyi yang berlainan atau hampir sama mungkin diikuti oleh respon.
c.       Diskriminasi. Yaitu suatu organisme bisa merespon terhadap suatu stimulus tertentu, tetapi tidak kepada stimulus lain.
d.      Penghapusan. Yaitu respon secara bertahap akan terhapus dikarenakan stimulus yang dikondisikan tidak diikuti dengan stimulus yang tak dikondisikan.
2.      Pengkodisian operan dalam pembelajaran dipelopori oleh Burrhus F. Skinner yang didasarkan pada banyak penelitian yang telah ia lakukan. Teori ini mengungkapkan bahwa apabila suatu organisme menghasilkan suatu respon yang baru disebabkan karena organisme tersebut bertindak ke sesuatu yang lebih baik.
Prinsip dalam pengkondisian operan menurut Skinner terdiri dari dua konsep utama yaitu penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment). Penguatan terbagi menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
a.       Penguatan positif adalah stimulus apa saja yang dapat meningkatkan sesuatu tingkah laku. Penguatan ini dapat berupa benda (hadiah), sosial (pujian, sanjungan) atau “token” (seperti nilai ujian).
Penguatan negatif adalah stimulus apa saja yang menyakitkan atau yang menimbulkan keadaan tidak menyenangkan atau tidak mengenakkan perasaan sehingga dapat mengurangi terjadinya sesuatu tingkah laku.
b.      Hukuman adalah stimulus apa saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkah laku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan.
Ada beberapa teknik dalam pengkondisian operan yang dapat digunakan untuk pembentukan tingkah laku dalam pembelajaran, yaitu:
a.       Pembentukan respon (shaping behavior). Teknik penguatan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada setiap kali ia bertindak ke arah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai pada suatu saat tidak perlu lagi menguatkan respon tersebut.
b.      Generalisasi, diskriminasi dan penghapusan. Generalisasi yaitu penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya akan dapat menghasilkan respon yang sama. Diskriminasi yaitu respon organisme terhadap suatu penguatan, tetapi tidak terhadap jenis penguatan lain. Penghapusan yaitu respon terhapus secara bertahap apabila penguatan atau ganjaran tidak diberikan.
c.       Jadwal penguatan (schedule of reinforcement). Berdasarkan eksperimennya Skinnner mendapatkan bahwa cara atau waktu pemberian penguatan dapat mempengaruhi respon. Jadwal penguatan ini dapat dilaksanakan dengan 3 cara yaitu penguatan berkelanjutan, penguatan nisbah, dan penguatan waktu.
d.      Penguatan positif. Dalam penguatan ini dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran sesegera mungkin setelah tingkah laku muncul.
e.       Penguatan intermiten. Penguatan ini dilakukan dengan memberikan ganjaran untuk memelihara perubahan tingkah laku atau respon positif yang telah dicapai seseorang.
f.       Penghapusan. Penghapusan dilakukan dengan cara tidak memberikan penguatan sama seklai atau tidak menghiraukan respon yang muncul pada seseorang.
g.      Percontohan. Percontohan adalah perilaku atau respon individu yang dilakukan dengan mencontoh tingkah laku orang lain.
h.      Token ekonomy. Token ekonomy yaitu memberikan ganjaran berupa sesuatu yang memiliki nilai ekonomi ketika seseorang telah mampu menunjukkan respon atau tingkah laku yang positif sesuai dengan yang diharapkan.
E.     Teori Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran
Teori ini pada awalnya dilakukan dengan menggunakan sistem komputer sebagai analogi. Komputer memproses, menyimpan dan mengingat kembali informasi layaknya manusia, tetapi sesungguhnya kurang tepat karena terlalu menyederhanakan manusia. Cara manusia memproses informasi lebih kompleks dibandingkan dengan komputer.
1.      Penerimaan sensori (alat indera). Suatu informasi diterima melalui perekam visual, pendengar, pencium, pengecap, dan sentuhan.
2.      Lupa dalam ingatan jangka pendek (forgetting). Lupa adalah kegagalan mengingat kembali sesuatu butir informasi dengan tepat. Ada tiga teori tentang ini yaitu:
a.       Teori pudar (decay theory). Yaitu informasi menjadi pudar disebabkan oleh waktu. Karena waktu sudah cukup lama, maka informasi yang pernah diterima oleh seseorang menjadi pudar.
b.      Teori ingat kembali (retrieval theory). Informasi itu sesungguhnya ada, tetapi tidak dapat dicari karena “isyarat” yang sesuai untuk mengeluarkan informasi itu tidak ada.
c.       Teori gangguan (interference theory). Informasi lain mengganggu informasi lainnya untuk diingat.
d.      Gangguan retroaktif (retroaktif interference).
3.      Empat proses utama dalam model pemprosesan informasi yaitu:
a.       Pengkodean (encoding)
b.      Penyimpanan (storage)
c.       Mengingat kembali (retrieval).
3 proses ini dilakukan dengan menyimpan informasi ke dalam 3 memori yaitu perekam derita, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
d.      Lupa (foregetting). Proses yang menyebabkan informasi hilang atau sulit diingat.
4.      Ingatan jangka pendek (short term memory)
Memori ni dikenal dengan istilah “ingatan kerja” (working memory). Tempo ingatan jangka pendek ialah 10-20 menit jika butir informasi tidak diulang.
5.      Ingatan jangka panjang
Sigmund Frued mengatakan bahwa segala pengalaman kita sejak dilahirkan disimpan dalam ingatan jangka panjang. Informasi tidak hilang tetapi sukar diingat.
6.      Pengkodean informasi dalam ingatan jangka panjang
Individu yang mampu mengkodekan informasi pada “tingkatan yang bermakna” (meaning level) cenderung mampu memindahkan informasi ke dalam ingatan jangka panjang dengan lebih bagus dan lebih berkesan sehingga sangat membantu proses mengingat kembali informasi tersebut.
7.      Mengingat kembali informasi dari ingatan jangka panjang
Ketika kita ingin mengingat kembali informasi yang disimpan dalam ingatan jangka panjang, maka kejadian yang mungkin muncul adalah kita menambah informasi dan kita tinggalkan informasi. Ada tiga fenomena yang mendorong kita berbuat demikian yaitu inferensi (suatu informasi dapat diingat kembali tergantung pada bagaimana informasi itu disimpan), teori peringkat pemrosesan (level of processing theory), prinsip pengkhususan pengkodean.
8.      Penyimpanan pengetahuan dalam ingatan jangka panjang
Informasi yang kita simpan dalam ingatan jangka panjang dapat diingat kembali dengan lima bentuk berikut ini yaitu:
a.       Pengetahuan deklaratif yaitu memori semanatic (semua informasi yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum), dan memori episodik (segala peristiwa yang telah terjadi kepada diri kita).
b.      Pengetahuan prosedural yaitu semua informasi yang berkaitan dengan cara, kaidah atau prosedur melakukan sesuatu.
c.       Imageri yaitu perwakilan abstrak dalam ingatan jangka panjang yang mengenai sesuatu objek atau peristiwa.
d.      Stereotipe yaitu butir informasi yang berkenaan dengan ciri-ciri kepribadian atau atribut fisikal yang cenderung dianggap benar bagi seseorang atau sekolompok orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar